SCRAF SEVEN

Scientist, Creative, and Fabulous 7

Tentang Kami

SCRAF 7 dalah kepanjangan dari Scientist, Creative, And Fabulous 7... Ini adalah sebuah kelas di suatu sekolah bernama SMA Negeri 1 Medan pada T.A 08/09... Kami merupakan kelas yg paling dikenal oleh seluruh pihak2 terkait. Bisa dikatakan kami adalah kelas multitalent. Mengapa? Karena dari A-Z ada disini.. mulai dari peserta olimpiade, aktivis sekolah, pemain seni, dan perusak sekolah pun terletak di kelas ini..

Kekompakan yg terjalin selama 3 tahun ini membuahkan karya2 gemilang berupa kenangan dan kesuksesan. Saya sebagai Admin pada blog ini memiliki satu visi utk tetap menghidupkan SCRAF 7 demi sebuah kenangan itu. Melalui blog ini, kami ingin terbang bebas ke angkasa melalui pemikiran2 kami.

Selamat berjuang SCRAF 7. Perjumpaan selanjutnya dalam masa kesuksesan..

Sudahkah Kita Menjadi Mahasiswa?

Posted by saidialhady Rabu, 26 Mei 2010

Apakah dengan mempunyai kartu tanda mahasiswa sudah dikatakan sebagai seorang mahasiswa? Atau seseorang yang memiliki jas almamater juga sudah bisa dikatakan mahasiswa? Jawabannya adalah tidak. Identitas mahasiswa bukanlah mempunyai kartu tanda mahasiswa, atau jas almamater. Jika mahasiswa yang anda maksud adalah demikian, berarti pemahaman anda tentang mahasiswa belum sempurna.

Tidak dipungkiri bahwa setiap mahasiswa pasti memiliki tanda pengenal. Namun pengertian yang saya maksud di sini adalah mahasiswa secara nasionalis atau menyeluruh. Yaitu bukan sekedar mahasiswa yang mengandalkan pakaian ataupun pengakuan, tapi mahasiswa yang memiliki jati diri sebagai tonggak kekuasaan bangsa.

Jika kita mengingat perjuangan mahasiswa di akhir orde baru, maka kita akan berdecak kagum dan salut. Bagaimana tidak, tindakan mereka menunjukkan bahwa mahasiswa peka terhadap kekeliruan perjalanan roda pemerintahan. Ketika ada penyelewengan kekuasaan, mahasiswa gerah dan resah. Semua bersatu menyerukan kebenaran. Penuntutan reformasi pun dilakukan. Walaupun harus ada nyawa yang dikorbankan, semua berjalan sesuai harapan. Inilah kekuatan mahasiswa yang sebenarnya.

Tugas mahasiswa bukan hanya datang ke kelas untuk mencapai IP yang tinggi, tapi juga datang ke lintasan pemerintahan menuju kekuatan yang serentak. Mahasiswa dianggap mempunyai intelegensi untuk senantiasa kritis atas kebijakan-kebijakan yang dilakukan. Di dalam kelompok masyarakat, mahasiswalah yang mempunyai tingkat pendidikan tertinggi. Mahasiswa merasakan bangku sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Jadi masihkah ia tidak mengerti akan keteledoran bangsa?

Ketika kita bertanya tentang siapa yang benar, saya menganggap bahwa yang mampu menilainya adalah mahasiswa. Mengapa? Mahasiswa tidak memiliki kepentingan lain selain memajukan bangsa ini menuju peradaban yang lebih baik. Tidak seperti orang-orang kebanyakan yang sedang duduk sebagai perwakilan rakyat saat ini. Mereka sudah dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang tidak didasari pada kesejahteraan rakyat. Banyak yang tidak menjalankan fungsinya sebagai seorang yang dikatakan perwakilan, malah mengalihfungsikan sebagai penipuan. Sungguh ironis kenyataan yang terjadi.

Lalu bagaimanakah agar mahasiswa tetap peka terhadap kebijakan-kebijakan yang diberlakukan? Caranya adalah dengan menanamkan rasa semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi. Kata mengawal di sini dimaksudkan bahwa kita sebagai mahasiwa secara tidak langsung dipercayakan untuk mendampingi sistem pemerintahan yang ada. Ibarat sebuah mesin, jika dipadukan oleh pengawalan serta pengawasan oleh seorang ahli mesin, maka bisa dijamin bahwa mesin tersebut akan terus bekerja sesuai dengan fungsinya. Seperti itu juga sistem pemerintahan kita. Mahasiswa dituntut untuk memahami kinerja yang ada. Bagaimana mungkin kita bisa mengawasi sesuatu yang tidak kita ketahui sistematikanya? Maka dari itu, seorang pengawal dan pengawas yang baik adalah yang mengerti akan dinamika kenegaraan suatu bangsa. Siapakah itu? Tentunya mahasiswa.

Pada dasarnya ada tiga hal yang mencirikan apakah kita sudah layak dikatakan sebagai mahasiswa atau belum. Yang pertama adalah bahwa mahasiswa harus mampu menjadi agent of social control atau penyampai kebenaran. Kejujuran dan integritas sangat diuji dalam hal ini. Memang pada dasarnya kebenaran itu hanya datang dari Tuhan yang Maha kuasa. Namun kita sebagai manusia diberikan akal pikiran untuk menentukan mana yang baik dan buruk. Itulah sebabnya mengapa mahasiswa butuh bersatu untuk mencapai kesepakatan dalam pencapaian misi menjadi agent of control.

Berikutnya yang kedua adalah mahasiswa dituntut untuk menjadi seorang agent of change atau agen perubahan. Perubahan yang dimaksudkan di sini adalah pergerakan menuju yang lebih baik. Selain sebagai pengawal dan pengawas, kita juga dituntut untuk memberikan solusi atas timbulnya permasalahan. Untuk menjadi seorang agen perubahan tidaklah mudah. Harus ada langkah-langkah konkrit yang kita lakukan. Pengujian hipotesa, serta observasi yang runtun juga tak boleh ditinggalkan. Inilah tantangan kita untuk mewujudkan makna dari mahasiswa yang sebenarnya.

Yang terakhir adalah mahasiswa sebagai iron stock atau generasi penerus. Tidak bisa dihindari bahwa kita sebagai mahasiswa mau tidak mau akan menjadi pengisi pondasi kekuasaan mendatang. Seiring berjalannya waktu kita akan terposisikan sebagai seorang yang harus mencetuskan keputusan, tidak lagi sebagai objek kekuasaan. Coba bayangkan bagaimana bila tiang kekuasaan dipegang oleh orang-orang yang berlabelkan mahasiswa asal jadi? Atau orang-orang yang tidak memiliki integritas, kejujuran dan budi pekerti? Tentunya kehancuran akan terus mendekat kepada kita. Agar tidak terjadi hal demikian, maka sudah sepatutnya kita menjadi seorang mahasiswa yang merangkap sebagai agent of control, agent of change & iron stock.

Untuk memenuhi unsur-unsur di atas seorang mahasiswa harus memiliki kekuatan softskill yang cukup. Diantaranya yang pertama adalah manajemen waktu. Tidak terlepas dari keberhasilan seorang mahasiswa, bahwa manajemen waktu merupakan salah satu penentunya. Mereka yang berhasil mengatur waktu dengan baiklah yang memenangkan kompetisi menjadi mahasiswa sebenarnya. Berikutnya adalah leadership atau kepemimpinan. Ini sudah menjadi makanan pokok bagi setiap mahasiswa. Kemampuan dalam mengorganisir serta mengambil keputusan adalah tonggak menjadi seorang yang teguh dalam hal leadership. Selain itu adalah percaya diri dan akhlak yang baik. Ini juga cukup memiliki peranan penting dalam pencapaian kesuksesan sebagai perwujudan seorang mahasiswa. Maka dari itu, mari kita bersama membangun unsur-unsur di atas untuk mencapai jati diri sebagai mahasiswa yang mampu menjadi penerus bangsa.

Jika ciri dan unsur di atas mampu kita jalani, maka saya yakin akan masa depan bangsa ini. Kemakmuran dan kesejahteraan akan terlaksana di bawah pengendalian orang-orang yang memiliki integritas dan kejujuran. Jadi, tunggu apalagi? Koreksi dirimu dan penuhi ambisimu untuk menjadi seorang mahasiswa yang sebenarnya. Selamat menjadi seorang mahasiswa!

blog comments powered by Saidi
bookmark
bookmark
bookmark
bookmark
bookmark

Popular Threads